Kejang pada anak akibat obat resep meningkat dua kali lipat di AS

Kejang pada anak merupakan kondisi yang seringkali menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua. Penyebab dari kejang pada anak bisa bermacam-macam, salah satunya adalah akibat dari penggunaan obat resep. Baru-baru ini, sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa jumlah kejang pada anak akibat obat resep telah meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut data yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 250.000 anak yang mendapat resep obat antiepilepsi antara tahun 2000 hingga 2014. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam kasus kejang sebagai efek samping dari penggunaan obat tersebut. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi para orangtua dan juga tenaga medis dalam memberikan pengobatan kepada anak-anak.

Kejang pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti demam tinggi, kurang tidur, infeksi, atau gangguan metabolik. Namun, kejang yang disebabkan oleh obat resep juga perlu diwaspadai. Beberapa obat antiepilepsi memang memiliki risiko menyebabkan kejang pada anak, terutama jika dosisnya tidak tepat atau terjadi interaksi dengan obat lain.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti juga menemukan bahwa kejang yang disebabkan oleh obat antiepilepsi umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih muda dan memiliki riwayat kejang sebelumnya. Oleh karena itu, penting bagi para orangtua untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat resep kepada anak, terutama jika anak memiliki riwayat kejang atau kondisi medis lain.

Selain itu, para tenaga medis juga diharapkan lebih berhati-hati dalam memberikan resep obat kepada anak-anak. Mereka perlu mempertimbangkan faktor risiko dan manfaat dari penggunaan obat tersebut, serta melakukan pemantauan secara rutin terhadap efek samping yang mungkin timbul.

Dengan adanya peningkatan kasus kejang pada anak akibat obat resep, maka perlu adanya kesadaran dan kehati-hatian lebih dalam penggunaan obat pada anak-anak. Orangtua dan tenaga medis perlu bekerjasama untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan aman dan efektif bagi kesehatan anak-anak. Semoga penelitian ini dapat menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih waspada dalam memberikan obat kepada anak-anak.